banner here

Dedi Mulyadi Bertekad Ubah Tukang Menjadi Tuan

- 11 Juni
advertise here

Bogor Group - ‘NGARIT’ atau menyabit rumput untuk pakan ternak sempat menjadi profesi Dedi Mulyadi sejak kecil. Calon Wakil Gubernur nomor urut 4 dari pasangan 2DM itu pun masih sempat melakkukan hal tersebut di waktu luang sebagai tokoh Jawa Barat.

Domba-dombanya kini tumbuh besar akibat asupan makanan yang dia berikan pagi dan sore hari. Kaki Gunung Burangrang, Kabupaten Purwakarta adalah tempat favorit pria beriket Sunda itu mencari rumput untuk ternaknya.

Pertemuan dengan Mak Anah (56) menguak memori masa kecil mantan Bupati Purwakarta tersebut. Tukang sabit rumput di Desa Langen Sari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat itu menceritakan keluh kesehariannya.

“Selain nyabit rumput bantu suami, saya kuli bersihkan perkebunan sayur Pak. Jadi, perkebunannya bukan punya saya,” kata Mak Anah da, Jum’at 8 Juni 2018 malam.

Dalam rilis yang diterima "PR" dari tim pemenangan 2DM Sabtu 9 Juni 2018, Mak Anah merupakan warga yang lahir, tumbuh dewasa, dan kini hidup menua di tanah kelahirannya sendiri. Ironisnya, kebutuhan hidup dia dan keluarganya tidak diperoleh secara mandiri.

Dia harus bergantung pada upah yang diberikan para tuan tanah perkebunan dan majikan pemilik domba. Kondisi yang melanda kebanyakan warga Jawa Barat di pedesaan tersebut mengundang keprihatinan Dedi Mulyadi.

Menurut Dedi, seharusnya warga tanah Padjadjaran menjadi tuan di negerinya sendiri. Melalui kepemilikan atas tanah, masyarakat bisa menciptakan kesejahteraan tanpa bergantung orang lain.

Setali tiga uang dengan ternak, seharusnya rakyat memiliki ternak sendiri. Selama ini, dikenal sistem ‘maro’, saat dua anakan ternak lahir, satu untuk sang tuan, satu untuk penggembala.

“Sudah saatnya rakyat kita menjadi tuan di tanahnya sendiri, menjadi juragan ternak di daerahnya sendiri. Hanya dengan itu, kemakmuran berupa terpenuhinya pangan, sandang dan papan bisa terwujud,” kata Dedi.


Konsep Marhaen dan tradisi sunnah menggembala

Sebagai peternak dan petani, Dedi Mulyadi mengembangkan pengamalan konsep marhaenisme. Dia mengikhtiarkan betul upaya mengubah tukang menjadi tuan.

Faktanya, saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta, pria beriket Sunda itu getol memberikan hewan ternak untuk warga. Selain itu, anak usia sekolah pun tidak luput dari perhatian sosok pencetus konsep pendidikan berkarakter di Purwakarta itu.

“Kalau banyak ternak, tidak akan ada rumput panjang yang tidak terurus. Ini merupakan tonggak gerakan kita untuk menciptakan swasembada daging di Jawa Barat. Warga Jabar harus memiliki ternak sendiri, bukan milik orang lain,” kata Dedi.

Kaidah kepemimpinan ala Rasulullah saw menjadi alasan Dedi Mulyadi membidik anak usia sekolah untuk memiliki ternak. Sirah nabawi (perjalanan kenabian) membuktikan bahwa saat kecil, Rasulullah saw pun menggembala ternak.

“Beternak itu sunnah yang mulia. Di dalamnya ada pelajaran tentang kepemimpinan, Rasulullah Muhammad saw pun demikian,” ujar Dedi.
Advertisement advertise here
 
banner here