Bogor Group - Bank Dunia menyatakatan 15 tahun reformasi pendidikan di Indonesia memberikan hasil yang beragam, salah satunya perluasan akses pendidikan yang meningkat signifikan. Namun, kualitas pendidikan dinilai masih rendah.
Kepala Ekonomi Bank Dunia Frederico Gil Sander menyatakan Indonesia memiliki serangkaian reformasi kebijakan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dengan memperbesar porsi anggaran pada 2012. Hal tersebut menjadi penentu utama pengembangan sumber daya manusia (SDM). Namun setelah 15 tahun berlangsung, masih ada ketidaksesuaian pencapaian.
"Jumlah siswa yang bersekolah tumbuh secara signifikan, tetapi kualitas pembelajaran siswa tetap berada di bawah tingkat negara-negara lain di kawasan," kata Frederico dalam laporan perkembangan tri wulan perekonomian Indonesia di Jakarta, Rabu, 6 Juni 2018.
Misalnya, 55 persen anak-anak usia 15 tahun di Indonesia secara fungsional mengalami buta huruf. Sementara di negara tetangga seperti Vietnam jumlahnya di bawah 10 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masalah pendidikan bukan hanya menjadi wewenang Kemenristek Dikti, Kemendikbud, dan Kemenag, melainkan juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Sebab dua pertiga dari total anggaran pendidikan sebanyak Rp440 triliun pada tahun ini sudah dialokasikan melalui pemerintah daerah.
Namun, lanjut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, sebagian dana yang disalurkan ke daerah digunakan untuk memenuhi pembayaran gaji beserta tunjangan guru.
"Sehingga memang efektivitas mereka (siswa) belajar di kelas juga menjadi salah satu temuan berbagai negara, bagaimana manajemen kegiatan belajar mengajar di sekolah," jelas Ani.
Advertisement