banner here

Makna Tepas Lawang Salapan Dasakreta

- 12 Februari
advertise here

Bogor Group - Bagi yang baru-baru ini berkunjung ke Bogor, pastinya sudah melihat sebuah ikon baru di dekat Tugu Kujang, yang selamanya ini menjadi simbol Kota Hujan. Bentuk landmark baru ini adalah sebuah bangunan dengan 10 pilar berwarna putih dan menjulang di pertigaan jalan Pajajaran dan Jalan Otto Iskandardinata (Otista).

Nama ikon baru tersebut adalah Tepas Lawang Salapan DasakretA. Mengapa bangunan ini didirikan? Bukankah Bogor sudah mempunyai ikon dan simbol selama ini, yaitu Tugu Kujang? Apa makna Tepas Lawang Salapan Dasakreta?

Itu adalah banyak pertanyaan yang terlontar, bahkan dari banyak warga Bogor.

Nah, kira-kira apa makna dari ikon baru Kota Hujan ini? Coba kita sedikit uraikan satu persatu.
Makna Tepas Lawang Salapan Dasakreta

Silakan perhatikan sendiri jika kebetulan Anda ke Kota Bogor, maka akan ditemukan bahwa ikon baru Kota Bogor ini terdiri dari :
  • 10 Pilar
  • 9 Lawang (Pintu)
  • 2 Rotunda
  • 10 Pilar dan Maknanya
Banyak yang mengatakan bahwa mengapa bangunan ini mirip dengan bangunan Romawi di masa lalu. Mengapa harus mengambil sesuatu yang bukan ciri khas Bogor? Itulah salah satu pertanyaan yang banyak diajukan.

Tetapi, sebenarnya tidak demikian. Tepas Lawang Salapan Dasakreta (TLSD) tidak mengambil gaya arsitektur Romawi.

Pilar-pilar ini meniru pilar yang terdapat di Istana Bogor yang bisa dikata memegang peranan penting bagi kehidupan kota ini hingga sekarang.

Ke-10 pilar atau penopang ini melambangkan sebuah konsep yang diambil dari naskah kuno kerajaan yang pernah menjadikan Bogor sebagai ibukotanya, Kerajaan Pakuan Pajajaran, yaitu DASAKRETA (Dasa = 10)

Dasakreta sendiri merupakan konsep dimana manusia harus bisa menjaga 10 bagian tubuh yang harus dijaga kebersihannya selama hidup. Dengan menjaga ke-10 bagian ini manusia diharapkan akan bisa terhindar dari berbagai perilaku buruk.

Sepuluh bagian tubuh yang harus dijaga itu adalah :
  1. Telinga
  2. Mata
  3. Kulit
  4. Lidah
  5. Mulut
  6. Hidung
  7. Tangan
  8. Kaki
  9. Dubur (Tumbung)
  10. Kelamin (Baga-purusa)

9 Lawang (Pintu)

Nah, pernah ada yang bertanya ada 10, kenapa dinamakan Lawang Salapan (9 Pintu)? Memang banyak yang menghitung jumlah pilar yang terdapat pada bangunan ini, tetapi sebenarnya tidak tepat.


Yang ada adalah 10 pilar dan ke sepuluh pilar ini membentuk 9 pintu. Itulah mengapa namanya Lawang Salapan.

Sembilan lawang ini juga memiliki makna yang diambil dari salah satu filosofi utama dari Kerajaan Pakuan Pajajaran, yaitu “Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh”. Tiga sikap utama yang bersifat dialogis dimana sesama warga Bogor diharapkan saling mengasihi, saling mengingatkan, dan saling menjaga (silih = saling).

Tiga filosofi utama ini menghasilkan 9 acuan agar manusia bisa mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya, yaitu
  1. Kedamaian
  2. Persahabatan
  3. Keindahan
  4. Kesatuan
  5. Kesantunan
  6. Ketertiban
  7. Kenyamanan
  8. Keramahan
  9. Keselamatan
Ke-9 lawang ini melambangkan juga sembilan titik yang dianggap pintu penghubung yang ada pada manusia dan merupakan penghubung antara manusia dan alam semesta.

Pilar-pilar itu juga seperti berdiri di atas kelopak bunga. Bunga yang dipakai adalah teratai, sebuah kekayaan alam yang banyak ditemukan di bumi Indonesia. Coba saja masuk ke Kebun Raya Bogor dan Anda akan menemukan banyak flora ini disana.

Tulisan DI NU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA AYEUNA SAMPEUREUN JAGA

Tulisan dari tembaga ini ada di “plang” penghubung ke sepuluh pilar tersebut.

Rotunda

Tepas Lawang Salapan Dasakreta juga dijaga oleh dua buah Rotunda. Apa itu rotunda? Lebih mudah untuk melihat langsung seperti apa bangunan ini lewat gambar.


Bangunan ini juga diinspirasikan dari salah satu bangunan bersejarah yang ada di Bogor. Coba saja masuk ke dalam Kebun Raya Bogor dari pintu utama, maka Anda akan menemukan bangunan sejenis.

Namanya adalah Monumen Lady Raffles – Monumen Cinta, sebuah monumen peringatan yang dibangun oleh penjelajah Inggris terkenal, Sir Thomas Stamford Raffles untuk istri tercintanya, Olivia Mariamne Devenish. Sesuatu yang menyiratkan betapa besar rasa sayang tokoh yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Indonesia) antara 1811-1816.

Itulah berbagai makna Tepas Lawang Salapan Dasakreta.

Sumber: Bogor Lovely
Advertisement advertise here
 
banner here