Bogor Group - Pernikahan yang diawali dengan ta'aruf itu sangatlah mulia, sebab semuanya sesuai dengan tuntunan syariat. Bahkan bagi laki-laki, ini cara yang lebih gentlemen ketimbang pacaran. Kenapa? Karena laki-lakinya tersebut takut akan Rabnya jika menodai kehormatan seorang perempuan. Jadi ketika laki-laki yang baik agamanya ini sudah cenderung kepada seorang wanita, maka dia langsung mendatangi ayahnya atau walinya untuk menanyakan perihal putrinya. Apakah putrinya sudah ada yang meminang atau belum. Jika belum maka si laki-laki akan mengutarakan maksud hatinya bahwa dia ingin mengenal putrinya lebih jauh, dengan maksud lanjut ke jenjang pernikahan.
Tersebab menikah diawali dengan ta'aruf, maka pasca menikah kita dihadapkan dengan seseorang yang sama sekali belum pernah kita temui, tapi harus hidup berdua dengan dia. Serumah berdua, sekasur berdua, bahkan makan pun berdua. Kita harus memahami karakter dan sifatnya. Serta yang paling penting patuh dan setia kepadanya selama tidak melanggar hukum Allah. Kita juga tidak boleh menolak "ajakannya".
Dari sinilah kita dituntut untuk banyak belajar. Hari-hari pernikahan ke depan akan diisi dengan belajar-belajar dan belajar. Belajar apa? Banyak hal. Tentang karakternya, sifatnya, keluarga besarnya, teman-temannya, juga para tetangganya. Juga belajar untuk menjadi istri yang baik dan memulai menikmati peran sebagai istri.
Karena belajar inilah akhirnya kita bisa merasakan bahwa ternyata, dalam pernikahan itu tidak semua berasa manis. Kata siapa setelah akad nikah bisa pacaran tiap hari? Di awal-awal pernikahan suami makin sibuk mencari nafkah karena tanggung jawabnya bertambah. Diam-diam dia juga berpikir untuk memenuhi kebutuhan rumah, bayar kontrakan, dan menabung untuk kebutuhan mendatang. Akhirnya tiap pulang kerja dia selalu tepar karena kecapekan. Waktu malam dan akhir pekan dia gunakan untuk dakwah. Serasa makin minim waktu untuk kita. Dan bisa jadi ini berlangsung selama berbulan-bulan. Melayang sudah bayangan hari-hari yang dipenuhi kisah romantis berdua.
Kita harus maklumi bahwa suami punya banyak kewajiban di luar rumah, terutama dakwahnya. Jadi, kita harus tetap menunjukkan dukungan. Meskipun waktunya habis untuk kerja lembur dan dakwah, kita harus ikhlas. Itu semua dia lakukan demi kita, istrinya. Ehem...
Bicara mengenai istri, kita sebagai istri juga harus menjalankan peran dengan sebaik-baiknya. Tersebab dia telah memilih kita sebagai istrinya, itu artinya dia percaya sepenuhnya kalau kita mampu jadi istri yang baik. Bahkan bisa jadi di matanya kita adalah wanita tangguh yang teristimewa baginya.
Kita juga harus menunjukkan kepada suami bahwa kita mampu melaksanakan semua kewajiban. Apakah itu mudah? No. Itu semua banyak tantangannya, bahkan terkadang keimanan pun diuji saat berumah tangga. Dari sini sudah mulai terlihat bahwa di awal pernikahan itu bukan manis seperti yang ada di novel-novel atau film-film drama Korea. Semua butuh proses. Tidak ada sesuatu datang dengan tiba-tiba. Keduanya haruslah memahami perkara saling berproses ini.
Ada beberapa tips yang bisa kamu ambil. Agar masa-masa awal rumah tangga kamu insya Allah bisa berjalan dengan mulus, tanpa banyak baper atau nangis Bombay.
- Mulailah menjalin komunikasi yang baik dengan suami. Saat awal-awal pernikahan memang kita banyak canggungnya kepada suami. Itu wajar, karena kita sebelumnya memang sama sekali belum pernah bertemu dan mengenalnya. Tapi membangun komunikasi itu penting. Sebagai seorang istri berusahalah untuk menghilangkan rasa canggung. Jangan gengsi karena kita harus memulai duluan. Kemudian utarakan semua apa yang kamu inginkan. Saya beri bocoran ya, ketika kita diam dan hanya menunjukkan kode-kode kita maunya apa, terkadang suami tidak memahaminya. Ingat ya suami tidak akan paham bahsa kalbu, kalau kita hanya diam dan menangis. Maka dari itu utarakan keinganan hatimu. Jujur dan terbukalah kepada suami. Dengan begitu suami akan paham dia harus memperlakukan istrinya seperti apa. Bahkan kedepannya kita tidak perlu kode-kode atau mengutarakan apa yang kita mau, suami akan mengerti sendiri dia harus bagaimana dalam memenuhi keinginan dan kebutuhanmu.
- Berusahalah untuk menjadi istri yang rajin. Cekatan dan terampil dalam mengatur rumahnya. Buatlah suasana rumah menjadi bersih, nyaman dan rapih. Jangan malas dalam berbenah rumah. Rumah yang berantakan dan amburadul akan menjadikan penghuni mudah stress. Karena sejatinya rumah adalah tempat ternyaman didunia. Jadi ketika suami pulang kerja, melihat rumah yang bersih, nyaman dan rapi, Insyaallah akan mengurangi beban pekerjaannya.
- Berusahalah untuk memasak sendiri masakan untuk suami. Kata orang yang namanya laki-laki kebutuhan perut ke bawahnya haruslah segera dipenuhi. Jika tidak dia akan gampang uring-uringan. Jadi sebagai istri sudah selayaknya kita mampu untuk menyajikan masakan kesukaannya dirumah. Meskipun rasanya tidak seenak buatan ibunya, tapi insyaallah suami akan menghabiskannya dengan lahap. Karena meski rasanya kacau tapi itu dibuat dengan cinta. Jadi minimalkan untuk beli masakan di luar rumah. Karena selain kehigienisannya akan meragukan, itu juga akan membuat bengkak pengeluaran.
- Hemat dalam membelanjakan uang dari suami. Yang satu ini memang penting. Jangan sampai kita jadi istri yang boros, bahkan selalu iri dengan apa yang teman atau tetangga miliki. Berusahalah sehemat mungkin dalam pengeluaran. Utamakan pengeluaran pokok daripada kebutuhan sekunder. Kurangi jajan dan membeli barang-barang yang tidak bermanfaat untuk berdua. Suami akan sangat menyukai dan menyayangi dengan istri yang hemat.
- Tidak terlalu cerewet. Cerewet sepertinya sudah melekat pada diri istri. Karena sebenarnya istri yang cerewet adalah istri yang baik. Yups. Seorang istri kalau tidak cerewet terhadap anak dan suami, seolah-olah selalu mendiamkan sifatnya yang kurang ahsan atau keliru. Apalagi ke depannya kita akan menjadi seorang ibu yang harus cerewet dalam mendidik anak-anak. Jadi cerewet sih boleh-boleh saja, tapi kalau terlalu, itu akan membuat suami menjadi pusing saat berhadapan dengan kita. Sebenarnya saat suami pulang ke rumah dan melihat kita, dia ingin merasa senang dan ingin melepaskan beban pekerjaannya. Tapi ketika dia pulang ke rumah dan mendapati istrinya ngomel tiada henti, maka itu akan membuat bebannya semakin bertambah, rasa ketentraman rumah yang dia rindukan saat di tempat kerja sirna sudah.
- Tidak mudah mengeluh. Sebenaranya Ini juga bagian yang tidak ingin dirasakan suami. Kita semua pastilah paham, bahwa dalam berumah tangga pasti ada saja permasalahnya. Tapi jika kita sebagai istri selalu mengeluh, ini juga akan menjadi beban pikiran suami. Sebagai seorang istri yang baik, maka sudah seharusnya kita kurangi beban hati dan pikirannya. Caranya? Salah satunya dengan menjadi istri yang solutif atau selalu memiliki ide dan gagasan dalam setiap permasalahan. Hal seperti ini akan sangat membantu sakali bagi suami. Saat dirinya sudah buntu akan permasalahan yang dihadapi, maka kita datang menawarkan solusi bagi permasalahan yang kita hadapi. Terus terang saja, ini akan membuat suami menjadi bahagia. Mengapa? Di saat kondisi keluarga sedang terpuruk kita tidak banyak mengeluh. Yang ada kita menampakkan suport dan solusinya. Inilah yang akan membuat suami makin mencintai kita. Benih cinta di hatinya makin tumbuh subur. Jadi mulai dari sekarang sebaiknya kita memulai memanajemen diri kita sendiri akan suatu masalah. Kurangi mengeluh dan majulah untuk mencari solusi.
- Jalin komunikasi dengan mertua terutama ibu, karena beliau yang paling memahami sifat-sifat anaknya. Dan bahkan seorang ibu akan menilai anaknya secara obyektif. Pengalaman saya pribadi saat saya masih dalam proses ta'aruf, saya sering berkomunikasi dengan ibu dan adik perempuan calon suami saya. Setiap kali beliau menelfon, yang beliau ceritakan adalah sisi buruk anaknya. Bukan bermaksud untuk mengumbar aib anaknya sendiri, atau malah ghibah tapi ini dalam rangka mengenal sifat calon suami saya. Begitupun dengan adik perempuannya, saat saya chating dengan adiknya, yang dia ceritakan perihal kakaknya juga buruk-buruknya. Ini juga menjadi pelajaran bagi saya, bahwa saya tidak harus mengetahui kebaikan-kebaikannya saja, tapi sisi buruknya pun juga harus saya pelajari, agar kedepannya saya bisa menyeimbangkan diri dengan calon suami saya.
Itulah sedikit tips untuk para jomblo atau para pengantin baru. Tips di atas bisa berhasil jika keduanya saling menautkan cinta kepada Allah, sama-sama saling berlomba dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah.
Maka dari itu pilihlah laki-lakinya yang baik agamanya. Jika baik agamanya insyaallah masalah ibadah dan akhlaknya akan terjaga. Tersebab kita menginginkan rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah, kita butuh imam yang benar-benar memahami makna tersebut sehingga rumah tangga akan tentram. Wallahu alam.
Sumber: Voa Islam
Advertisement